Fenomena pemulung yang ada di Dukuh Deliksari merupakan
gambaran kehidupan kaum migran yang mempunyai kualitas sumber daya yang rendah sehingga
untuk tetap bertahan hidup mereka harus bekerja di sektor informal antarlain
sebagai pemulung, dimana pemulung merupakan suatu pekerjaan yang memiliki tingkat
penghasilan yang sangat rendah karena terkait dengan jenjang pendidikan dan
keterampilan yang tidak mereka miliki.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah profil pemulung di desa Sukorejo khususnya di Dukuh Deliksari, dimana profil ini meliputi keadaan ekonomi, kehidupan sosial dan status sosialnya, pendidikan dan aspirasi pemulung dimasa yang akan datang serta partisipasi pemulung dalam menciptakan kebersihan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pemulung yang meliputi keadaan ekonomi, kehidupan sosial dan status sosialnya, pendidikan danaspirasi pemulung dimasa yang akan datang ; serta untuk mengetahui partisipasi pemulung.
Fokus dalam fenomena geografi sosial ini adalah profil pemulung di Dukuh Deliksari desa Sukorejo Kecamatan Gunungpati kota Semarang yang meliputi keadaan ekonomi,kehidupan sosial dan status sosialnya, pendidikan dan aspirasi pemulung dimasa yang akan datang dan partisipasi pemulung yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,pengawasan dan pendanaan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagaibahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan partisipasi parapemulung sehingga dapat menentukan kebijaksanaan sebagai wujud untuk menghargai keberadaan pemulung karena para pemulung tersebut dalam kenyataannya telah ikut berperan serta dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungan.
Dari hasil analisis gambar tersebut dapat di diketahui bahwa ruang lingkup persebaran pemulung terdapat dititik- titik tempat pembuangan sampah yang terdapat di sekitar desa mereka. Sebenarnya hubungan antara pemulung dan warga terjalin dengan sangat baik, hal ini dibuktikan dengan adanya kerja bakti yang diadakan setiap hari minggu. Mengenai status sosialnya didasarkan pada jenis barang bekas yang ia dapatkan, sedangkan keadaan ekonomi para pemulung sangat memprihatinkan karena jumlah pendapatan yang tidak sebanding dengan jumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap harinya sehingga tingkat kemakmuran dan kesejahteraan keluarga pemulung sangat rendah, jenjang pendidikan mereka sangat rendah sehingga kualitas sumber daya yang mereka miliki juga rendah,mereka memiliki aspirasi untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Partisipasi mereka dalam menciptakan kebersihan lingkungan meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan sedangkan pendanaannya tidak karena jumlah pendapatan mereka yang kecil hal ini ditandai dengan adanya pekerjaan pemulung yang setiap harinya seelalu berencana untuk memunguti sampah pada keesokaan harinya sambil mengawasi di mana ada sampah yang berserakan untuk diambil.
Berdasarkan hasil analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa pemulung memiliki tempat mata pencaharian yakni TPA yang tersebar di berbagai titik di desa Sukorejo. Serta pemulung memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya dimana hal ini terbukti dengan adanya kerja bakti yang diadakan setiap minggu. Status sosial pemulung dapat dibedakan berdasarkan pada jenis-jenis barang yang mereka dapatkan setiap hari, sedangkan kehidupan ekonomi mereka sangatlah memprihatinkan karena rendahnya jumlah penghasilan yang diperoleh tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan mereka, sebagian besar pemulung di Dukuh Deliksari tidak pernah sekolah karena keterbatasan biaya yang dimiliki oleh orang tua mereka meskipun demikian mereka mempunyai aspirasi untuk memiliki kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang.
Saran yang dapat diberikan dari hasil analisa ini terutama ditujukan bagi pemulung, agar dalam bekerja pemulung selalu bersikap jujur yaitu dengan tidak mengambil barang yang bukan miliknya untuk menciptakan persepsi yang baik pada warga. Masyarakat, adanya sikap yang baik kepada pemulung tanpa melihat penampilannya tetapi lebih melihat pada manfaat yang ada pada pemulung itu. Pemerintah, hendaknya selalu melihat dan meninjau kondisi masyarakatnya secara langsung untuk memberikan bantuan yang tepat bagi warganya, penyuluhan dan pemberdayaan pemulung dengan cara memberikan pembinaan keterampilan, pendampingan dan pemodalan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah profil pemulung di desa Sukorejo khususnya di Dukuh Deliksari, dimana profil ini meliputi keadaan ekonomi, kehidupan sosial dan status sosialnya, pendidikan dan aspirasi pemulung dimasa yang akan datang serta partisipasi pemulung dalam menciptakan kebersihan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pemulung yang meliputi keadaan ekonomi, kehidupan sosial dan status sosialnya, pendidikan danaspirasi pemulung dimasa yang akan datang ; serta untuk mengetahui partisipasi pemulung.
Fokus dalam fenomena geografi sosial ini adalah profil pemulung di Dukuh Deliksari desa Sukorejo Kecamatan Gunungpati kota Semarang yang meliputi keadaan ekonomi,kehidupan sosial dan status sosialnya, pendidikan dan aspirasi pemulung dimasa yang akan datang dan partisipasi pemulung yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,pengawasan dan pendanaan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagaibahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan partisipasi parapemulung sehingga dapat menentukan kebijaksanaan sebagai wujud untuk menghargai keberadaan pemulung karena para pemulung tersebut dalam kenyataannya telah ikut berperan serta dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungan.
Dari hasil analisis gambar tersebut dapat di diketahui bahwa ruang lingkup persebaran pemulung terdapat dititik- titik tempat pembuangan sampah yang terdapat di sekitar desa mereka. Sebenarnya hubungan antara pemulung dan warga terjalin dengan sangat baik, hal ini dibuktikan dengan adanya kerja bakti yang diadakan setiap hari minggu. Mengenai status sosialnya didasarkan pada jenis barang bekas yang ia dapatkan, sedangkan keadaan ekonomi para pemulung sangat memprihatinkan karena jumlah pendapatan yang tidak sebanding dengan jumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap harinya sehingga tingkat kemakmuran dan kesejahteraan keluarga pemulung sangat rendah, jenjang pendidikan mereka sangat rendah sehingga kualitas sumber daya yang mereka miliki juga rendah,mereka memiliki aspirasi untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Partisipasi mereka dalam menciptakan kebersihan lingkungan meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan sedangkan pendanaannya tidak karena jumlah pendapatan mereka yang kecil hal ini ditandai dengan adanya pekerjaan pemulung yang setiap harinya seelalu berencana untuk memunguti sampah pada keesokaan harinya sambil mengawasi di mana ada sampah yang berserakan untuk diambil.
Berdasarkan hasil analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa pemulung memiliki tempat mata pencaharian yakni TPA yang tersebar di berbagai titik di desa Sukorejo. Serta pemulung memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya dimana hal ini terbukti dengan adanya kerja bakti yang diadakan setiap minggu. Status sosial pemulung dapat dibedakan berdasarkan pada jenis-jenis barang yang mereka dapatkan setiap hari, sedangkan kehidupan ekonomi mereka sangatlah memprihatinkan karena rendahnya jumlah penghasilan yang diperoleh tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan mereka, sebagian besar pemulung di Dukuh Deliksari tidak pernah sekolah karena keterbatasan biaya yang dimiliki oleh orang tua mereka meskipun demikian mereka mempunyai aspirasi untuk memiliki kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang.
Saran yang dapat diberikan dari hasil analisa ini terutama ditujukan bagi pemulung, agar dalam bekerja pemulung selalu bersikap jujur yaitu dengan tidak mengambil barang yang bukan miliknya untuk menciptakan persepsi yang baik pada warga. Masyarakat, adanya sikap yang baik kepada pemulung tanpa melihat penampilannya tetapi lebih melihat pada manfaat yang ada pada pemulung itu. Pemerintah, hendaknya selalu melihat dan meninjau kondisi masyarakatnya secara langsung untuk memberikan bantuan yang tepat bagi warganya, penyuluhan dan pemberdayaan pemulung dengan cara memberikan pembinaan keterampilan, pendampingan dan pemodalan.
- Kemiskinan
|
Kemiskinan telah
menjadi fenomena sosial yang menuntut perhatian serius dari semua pihak, baik
pemerintah maupun masyarakat. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kemiskinan
adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang,
perumahan, pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial.
|
Itulah
sebabnya masalah kemiskinan dapat muncul sebagai penyebab maupun pemberat
berbagai jenis permasalahan kesejahteraan sosial lainnya seperti ketunaan
sosial,kecacatan, keterlantaran, ketertinggalan/keterpencilan dan keresahan
sosial, yang pada umumnya berkenaan dengan keterbatasan kemampuan untuk
mengakses berbagai sumber pelayanan sosial dasar.
Jumlah
penduduk fakir miskin di Indonesia pada tahun 2004 sebanyak 14,8 juta jiwa.
Pada tahun 2003 jumlah penduduk fakir miskin mencapai sebanyak 15,8 juta jiwa.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah penduduk fakir
miskin. Penurunan jumlah penduduk fakir miskin selama periode 2003 – 2004
terjadi sejalan dengan makin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Jumlah
penduduk miskin dari 37,4 juta jiwa pada tahun 2003 berkurang menjadi 36,1 juta
jiwa pada tahun 2004. Dibandingkan dengan tahun 2003, maka terjadi penurunan
jumlah penduduk fakir miskin sebesar 1 juta jiwa atau sebesar 6,4 persen.
Selain faktor keberhasilan pemerintah dalam menyelenggarakan berbagai program
pengentasan kemiskinan oleh berbagai instansi, juga dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian yang mulai membaik dan situasi politik yang kondusif dan nilai
rupiah yang stabil. Kontribusi Depsos untuk program pemberdayaan fakir miskin
antara lain melakukan terobosan yang melibatkan instansi terkait, dunia usaha
dan LSM.
Walaupun
terjadi penurunan jumlah, namun dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia,
maka masalah kemiskinan merupakan masalah yang masih sulit ditanggulangi,
karena mayoritas termasuk kategori kemiskinan kronis (chronic poverty) yang
terjadi terus menerus atau disebut juga sebagai kemiskinan struktural.
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang dikategorikan sebagai Fakir
Miskin termasuk kategori kemiskinan kronis, yang membutuhkan
penanganan yang sungguh-sungguh, terpadu secara lintas sektor dan
berkelanjutan.
Selain
itu terdapat sejumlah penduduk yang dikategorikan mengalami kemiskinan
sementara (transient poverty) yang ditandai dengan
menurunnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara sementara sebagai
akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis, bencana alam dan
bencana sosial, seperti korban konflik sosial. Kemiskinan sementara jika tidak
ditangani serius dapat menjadi kemiskinan kronis.
Faktor-faktor
penyebab terjadinya kemiskinan dapat disebabkan faktor internal (ketidakmampuan
dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, ketidak mampuan dalam menampilkan
peranan sosial dan ketidak mampuan dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang
dihadapinya) dan faktor eksternal (kebijakan publik yang belum berpihak kepada
penduduk miskin, tidak tersedianya pelayanan sosial dasar, tidak dilindunginya
hak atas kepemilikan tanah, terbatasnya lapangan pekerjaan, belum terciptanya
sistim ekonomi kerakyatan, kesenjangan dan ketidakadilan sosial, serta dampak
pembangunan yang berorientasi kapitalis. Dalam keadaan penduduk miskin tidak
berdaya dalam menghadapi masalah internal dan eksternal, maka masalah
kemiskinan yang dialaminya menjadi semakin sulit ditangani, karena beresiko
menjadi kemiskinan budaya (culture poverty), tidak ada kemauan/
pasrah/ patah semangat (fatalistik) dan dalam keadaan situasi
kritis cenderung melakukan tindakan a-sosial, berperilaku desktruktif atau
melakukan tindak kriminal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar