Minggu, 14 April 2013

Fenomena Sosial di Masyarakat



pemulung1.jpg


·            Fenomena Sosial di Masyarakat

Fenomena pemulung yang ada di Dukuh Deliksari merupakan gambaran kehidupan kaum migran yang mempunyai kualitas sumber daya yang rendah sehingga untuk tetap bertahan hidup mereka harus bekerja di sektor informal antarlain sebagai pemulung, dimana pemulung merupakan suatu pekerjaan yang memiliki tingkat penghasilan yang sangat rendah karena terkait dengan jenjang pendidikan dan keterampilan yang tidak mereka miliki.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah profil pemulung di desa Sukorejo khususnya di Dukuh Deliksari, dimana profil ini meliputi keadaan ekonomi, kehidupan sosial dan status sosialnya, pendidikan dan aspirasi pemulung dimasa yang akan datang serta partisipasi pemulung dalam menciptakan kebersihan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pemulung yang meliputi keadaan ekonomi, kehidupan sosial dan status sosialnya, pendidikan danaspirasi pemulung dimasa yang akan datang ; serta untuk mengetahui partisipasi pemulung.

Fokus dalam fenomena geografi sosial ini adalah profil pemulung di Dukuh Deliksari desa Sukorejo Kecamatan Gunungpati kota Semarang yang meliputi keadaan ekonomi,kehidupan sosial dan status sosialnya, pendidikan dan aspirasi pemulung dimasa yang akan datang dan partisipasi pemulung yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,pengawasan dan pendanaan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagaibahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan partisipasi parapemulung sehingga dapat menentukan kebijaksanaan sebagai wujud untuk menghargai keberadaan pemulung karena para pemulung tersebut dalam kenyataannya telah ikut berperan serta dalam upaya menciptakan kebersihan lingkungan.

Dari hasil analisis gambar tersebut dapat di diketahui bahwa ruang lingkup persebaran pemulung terdapat dititik- titik tempat pembuangan sampah yang terdapat di sekitar desa mereka. Sebenarnya hubungan antara pemulung dan warga terjalin dengan sangat baik, hal ini dibuktikan dengan adanya kerja bakti yang diadakan setiap hari minggu. Mengenai status sosialnya didasarkan pada jenis barang bekas yang ia dapatkan, sedangkan keadaan ekonomi para pemulung sangat memprihatinkan karena jumlah pendapatan yang tidak sebanding dengan jumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap harinya sehingga tingkat kemakmuran dan kesejahteraan keluarga pemulung sangat rendah, jenjang pendidikan mereka sangat rendah sehingga kualitas sumber daya yang mereka miliki juga rendah,mereka memiliki aspirasi untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Partisipasi mereka dalam menciptakan kebersihan lingkungan meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan sedangkan pendanaannya tidak karena jumlah pendapatan mereka yang kecil hal ini ditandai dengan adanya pekerjaan pemulung yang setiap harinya seelalu berencana untuk memunguti sampah pada keesokaan harinya sambil mengawasi di mana ada sampah yang berserakan untuk diambil.

Berdasarkan hasil analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa pemulung memiliki tempat mata pencaharian yakni TPA yang tersebar di berbagai titik di desa Sukorejo. Serta pemulung memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya dimana hal ini terbukti dengan adanya kerja bakti yang diadakan setiap minggu. Status sosial pemulung dapat dibedakan berdasarkan pada jenis-jenis barang yang mereka dapatkan setiap hari, sedangkan kehidupan ekonomi mereka sangatlah memprihatinkan karena rendahnya jumlah penghasilan yang diperoleh tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan mereka, sebagian besar pemulung di Dukuh Deliksari tidak pernah sekolah karena keterbatasan biaya yang dimiliki oleh orang tua mereka meskipun demikian mereka mempunyai aspirasi untuk memiliki kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang.

Saran yang dapat diberikan dari hasil analisa ini terutama ditujukan bagi pemulung, agar dalam bekerja pemulung selalu bersikap jujur yaitu dengan tidak mengambil barang yang bukan miliknya untuk menciptakan persepsi yang baik pada warga. Masyarakat, adanya sikap yang baik kepada pemulung tanpa melihat penampilannya tetapi lebih melihat pada manfaat yang ada pada pemulung itu. Pemerintah, hendaknya selalu melihat dan meninjau kondisi masyarakatnya secara langsung untuk memberikan bantuan yang tepat bagi warganya, penyuluhan dan pemberdayaan pemulung dengan cara memberikan pembinaan keterampilan, pendampingan dan pemodalan.


    1. Kemiskinan

http://renstra.depsos.go.id/RENSTRA_2005-2009_html_m1cf49de3.pnghttp://renstra.depsos.go.id/RENSTRA_2005-2009_html_m3457f26.pnghttp://renstra.depsos.go.id/RENSTRA_2005-2009_html_m7d4111d7.pnghttp://renstra.depsos.go.id/RENSTRA_2005-2009_html_7ac2e44a.png
Kemiskinan telah menjadi fenomena sosial yang menuntut perhatian serius dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial.
Itulah sebabnya masalah kemiskinan dapat muncul sebagai penyebab maupun pemberat berbagai jenis permasalahan kesejahteraan sosial lainnya seperti ketunaan sosial,kecacatan, keterlantaran, ketertinggalan/keterpencilan dan keresahan sosial, yang pada umumnya berkenaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengakses berbagai sumber pelayanan sosial dasar.

Jumlah penduduk fakir miskin di Indonesia pada tahun 2004 sebanyak 14,8 juta jiwa. Pada tahun 2003 jumlah penduduk fakir miskin mencapai sebanyak 15,8 juta jiwa. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah penduduk fakir miskin. Penurunan jumlah penduduk fakir miskin selama periode 2003 – 2004 terjadi sejalan dengan makin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin dari 37,4 juta jiwa pada tahun 2003 berkurang menjadi 36,1 juta jiwa pada tahun 2004. Dibandingkan dengan tahun 2003, maka terjadi penurunan jumlah penduduk fakir miskin sebesar 1 juta jiwa atau sebesar 6,4 persen. Selain faktor keberhasilan pemerintah dalam menyelenggarakan berbagai program pengentasan kemiskinan oleh berbagai instansi, juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang mulai membaik dan situasi politik yang kondusif dan nilai rupiah yang stabil. Kontribusi Depsos untuk program pemberdayaan fakir miskin antara lain melakukan terobosan yang melibatkan instansi terkait, dunia usaha dan LSM.

Walaupun terjadi penurunan jumlah, namun dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, maka masalah kemiskinan merupakan masalah yang masih sulit ditanggulangi, karena mayoritas termasuk kategori kemiskinan kronis (chronic povertyyang terjadi terus menerus atau disebut juga sebagai kemiskinan struktural. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang dikategorikan sebagai Fakir Miskin termasuk kategori kemiskinan kronis, yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, terpadu secara lintas sektor dan berkelanjutan.

Selain itu terdapat sejumlah penduduk yang dikategorikan mengalami kemiskinan sementara (transient poverty) yang ditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis, bencana alam dan bencana sosial, seperti korban konflik sosial. Kemiskinan sementara jika tidak ditangani serius dapat menjadi kemiskinan kronis.

Faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat disebabkan faktor internal (ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, ketidak mampuan dalam menampilkan peranan sosial dan ketidak mampuan dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang dihadapinya) dan faktor eksternal (kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin, tidak tersedianya pelayanan sosial dasar, tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah, terbatasnya lapangan pekerjaan, belum terciptanya sistim ekonomi kerakyatan, kesenjangan dan ketidakadilan sosial, serta dampak pembangunan yang berorientasi kapitalis. Dalam keadaan penduduk miskin tidak berdaya dalam menghadapi masalah internal dan eksternal, maka masalah kemiskinan yang dialaminya menjadi semakin sulit ditangani, karena beresiko menjadi kemiskinan budaya (culture poverty), tidak ada kemauan/ pasrah/ patah semangat (fatalistik) dan dalam keadaan situasi kritis cenderung melakukan tindakan a-sosial, berperilaku desktruktif atau melakukan tindak kriminal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar