Teori Tempat Tersentral Walter Christaller
Walter
Christaller menulis buku Die Zentralen Orte in Sud Deutchland,Jena, Gustav
Fischer, 1933 yang kemudian diterjemahkan kedalam b. Inggris oleh E.W. Baskin
dengan judul Places in Southern Germany, Englewood Cliffs, N.J Prentice Hall,
1996. Inti pokok teori tempat sentral adalah menjelaskan model hirarki
perkotaan.
Model
Chiristaller dinyatakan sebagai suatu sistem geometrik yang dikenaldengan
Sistem K=3. K adalah huruf indeks untuk notasi pola pemukiman. Asumsi
Chistaller :
1. Wilayah
model merupakan dataran tanpa roman. Tak memiliki raut tandaa khusus baik
alamiah maupun buatan manusia.
2. Perpindahan
dapat dilakukan kesegala jurusan, suatu situasi yang dilikiskan sebagai
permukaan isotropik.
3. Penduduk
serta daya belinya tersebar merata diseluruh wilayah.
4. Konsumen
bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak.
Berdasarkan hal tersebut ia
mengembangkan model wilayah perdagangan yang efesien yang berbentuk segi enam.
Tahapannya sebagai berikut :
·
Buat lingkaran berdakatan dengan
yang lain.
Gambar
·
Tumpang tindihkan lingkaran
seperti gambar dibawah ini
·
Akhirnya terbentuk wilayah
perdagangan dengan bentuk segi enam seperti sarang lebah.
Tiap wilayah perdagangan heksagonal
(segi enam) memiliki pusat. Besar kecilnya pusat-pusat tersebut adalah
sebanding dengan besar kecilnya masing-masing heksagonal. Heksagonal yang
terbesar memiliki pusat paling besar, sedangkan heksagonal yang paling kecil
memiliki pusat paling kecil. Dalam keseimbangan jangka panjang seluruh wilayah
sistem sudah tercukup yang berbentuk wilayah-wilayah heksagonal yang besarnya
berbeda-beda dan saling tumpang tindih satu sama lain. Susunan
hirarki ini membentuk model pola permukiman sistem K=3.
Liat gambar dibawah ini.
Ada pun proses timbulnya wilayah
perdagangan heksagonal adalah seperti dalam TAHAPAN MODEL WILAYAH PERDAGANGAN
YANG EFESIEN YANG BERBENTUK SEGI ENAM.
Secara horizontal model
Christaller menunjukkan kegiatan-kegiatan manusia yang terorganisir dalam
tataruang geografis dan tempat-tempat sental yang lebih tinggi tinggi ordenya
mempunyai wilayah perdagangan atau wilayah pelayanan yang lebih luas.
Tempat-tempat
sentral kecil dan wilayah komplementernya tercakup dalam wilayah-wilayah
perdagangan dari pusat yang lebih besar. Sedangkan secara vertikal, model tersebut memperlihatkan bahwa pusat-pusat
yang lebih tinggi ordenya mensuplai barang-barang keseluruh wilayah, dan
kebutuhan akan bahan – bahan mentah dipusat-pusat yang lebih tinggi ordenya
mempunyai jumlah dan jenis kegiatan-kegiatan serta volume yang lebih besar
dibanding pusat-pusat yang lebih rendah ordenya. Jiak hirarki pusat-pusat
tersebut sudah terbentuk, dapat disaksikan domnasi pusat-pusat yang lebih besar
dan mengutubnya arus gejala ekonomi kepusat besar yang mencerminkan ciri
sebagai wilayah-wilayah yang nodal.
Prinsip
pemasaran dengan susunan piramidal pada model tempat tempat sentral dapat
menjamin minimisasi dianiaya-biaya transpor. Dilain pihak disebutkan beberapa
kelemahan, yaitu model tersebut tidak adanya spesialisasi atau pembagian kerja
diantara pusat-pusat tersebut, kecuali terdapat hubungan antara pusat yang
lebih tinggi ordenya dengan pusat-pusat yang lebih rendah yang ordenya dalam
suplai barang-barang hasil dan bahan-bahan mentah diperlukan. Selain itu
menurut Chistaller, seluruh wilayah perdagangan dapat dilayani, sedangkan
kenyataannya sebagian dari wilayah-wilayah yang dimaksud tidak seluruhnya dapat
terlayani karena terbatasnya fasilitas transportasi dan hambatan geografis.
Teori tempat sentral dapat dikatakan kaku dan terlalu sederhana. (
oversimplification).
Teori
tempat tersentral menjelaskan pola geografis dan struktor hirarki pusat-pusat
kota dan wilayah-wilayah nodal, akan tetapi tidak menjelaska bagaiman pola
geografis tersebut terjadi secara gradual dan bagaimana mengalami pola
mengalami perubahan- perubahan pada masa depan, atau dengan lain tidak
menjelaskan gejala-gejala (fenomena) pembangunan. Teori ini bersifat stratis.
agar teori tempat tersentral dapat menjalelaskan gejala dinamis, maka
perlu ditunjang oleh teori-teori pertumbuhan wilayah yang menjelaskan mengenai
proses perubahan struktural. Salah satu teori pertumbuhan adalah teori kutub
pertumbuhan yang di intoduksikan oleh Perrroux, membahas pertumbuhan
pertumbuhan struktural pada tata ruag geografis.
Teori
tempat tersentral untuk sebagian bersifat positif karena berusaha menjelaskan
penentukan aktual arus pelayanan jasa, dan untuk sebagian lagi bersifat normatif
karena berusaha menentukan pola optimal distribusi tempat-tempat sentral.
Keduanya memiliki kontribusi pada pemahaman interalasi spatial dan mengenai
kota-kota sebagai sistem didalam sistem perkotaan.
Dalam
hubungan dengan perkotaan, teori tempat tersentral menyatakan bahwa tempat
fungsi-fungsi pokok pusat kota adalah sebagai pusat-pusat pelayanan bagi
wilayah komplementernya, yaitu menyuplai barang-barang dan jasa-jasa
sentral seperti jasa-jasa perdagangan, perbankan, profesional, pendidikan, hiburan
dan kebudayaan, dan jasa-jasa pemerintah kota.
Richarson telah menemukan beberapa keterbatasan teori tempat tersentral, yaitu
sebagai berikut ( H.W. Richarson (ed); 1970, 82-83, yaitu pertama, teori tempat tersentral tidak memberikan
penjelasan secara lengkap mengenai pertumbuhan kota karena teori tersebut
diformulasikan berdasarkan pembangunan daerah pertanian yang tersusun secara
hirarki dan berpendudukan secara merata. Dengan tumbuhnya kota-kota muncullah
jasa-jasa yang tidak berkenaan dengan pasar wilayah belakang, sebagai contoh
kehidupan kota metropolitan dapat menciptakan kebutuhan-kebutuhan sendiri
(internal) misalnya peningkatan penyediaan fasilitas persediaan air minum,
listrik, angkutan umum, demikian pula kebutuhan fasilitas parkir. Persoalan
pemasaran barang barang dan jasa yang dihasilkan oleh tempat sentral.
Kedua, analisis tempat tersental menekankan pada peranan sektor
perdagangan dan kegiatan-kegiantan jasa dari pada kegiatan-kegiatan manufaktur.
Kegiatan manufaktur dianggap sebagai kegiatan produktif non tempat sentral. Hal
ini tidak sesuai dengan kenyataan, banyak kota besar dan kota lainnya serig
kali mengalami perluasan dalam hal lokasi manufaktur karena kota-kota yang
bersangkutan merupakan pasar tenaga kerja yang luas dan pada umumnya memberikan
keutugan-keuntungan aglomerasi, dimana perusahaan-perusahaan manufaktur lebih
banyak melayani para nasional dari pada pasar-pasar regional.
Ketiga, pertumbuhan kota meningkat terus dan telah sampai pada suatu tingkat
tertentu diperlukan tambahan sumberdaya-sumberdaya yang berasal dari luar
wilayah nodal misalnya sumber tenaga kerja dan modal. Dalam hal ini arus
masuknya sumber-sumber daya tersebut dari luar wilayah tidak dapat dijelaskan
seperti halnya penawarn barang-barang dan jasa-jasa dari tempat sentral kepada
wilayah-wilayah pasar di sekitarnya.
Model tempat tersental tidak berhasil menjelaskan menjelaskan timbulnya
kecenderungan yang kuat dalam masyarakat mengenai pengelompokan perusahaan karena
pertimbangan keuntungan aglomerasi dan ketergantungan lokasi.
Meskipun model tempat tersentral mempunyai keterbatasan, namun sesungguhnya
teori tempat tersental mengandung paling sedikit 3 konsep fundamental,
yaitu ambang (treshold,), lingkup (range) dan hirarki (hierarchy) , H.W.
Richardson, 1972, 72. Proses penyebaran pertumbuhan mengikuti pola ambang (
jumlah penduduk) dan pola lingkup (sistem lokasi) ; Kedua faktor tersebut
menentukan hirarki tempat tersentral. Konsep-konsep ini merupakan unsur-unsur
spasial penting dan dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan formal.
Permintaan dan wilayah-wilayah perdagangan atau wilayah pelayanan.
Beberapa sumbangan positif teori tempat
tersentral dapat ditemukan, yaitu, teori tersebut adalah relevan bagi
perencanaan kota dan wilayah, karena sistem hirarki merupakan sarana yang
efisien untuk perencanaan wilayah. Tempat tersentral besar sekali merupakan
titik pertumbuhan inti di wilayahnya dan menentukan tingkat perkembangan
ekonomi ke seluruh wilayah. Dengan demikian jelaslah bahwa distribusi tata
ruanng dan besarnya pusat-pusat kota merupakan unsur yang sangat penting bagi
dalam struktu wilayah nodal dan kemudian lahirkan konsep-konsep dominasi dan
polarisasi. Teori tempat tersentral mengemukakan model yang mudah dimengerti
ntuk menjelaskan pertumbuhan hirarki kota dan ketergantungan antara pusat-pusat
kota dan wilayah-wilayah sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar